Jumat, 16 November 2012

hamil duluan


Seorang lelaki yang sangat tampan dan sempurna merasa bahwa Tuhan pasti menciptakan seorang perempuan yg sangat cantik dan sempurna pula untuk jodohnya. Karena itu ia pergi berkeliling untuk mencari jodohnya. Kemudian sampailah ia disebuah desa. Ia bertemu dengan seorang petani yg memiliki 3 anak perempuan dan semuanya sangat cantik. Lelaki tersebut menemui bapak petani dan mengatakan bahwa ia ingin mengawini salah satu anaknya tapi bingung; mana yang paling sempurna.


Sang Petani menganjurkan untuk mengencani mereka satu persatu dan si Lelaki setuju.

Hari pertama ia pergi berduaan dengan anak pertama. Ketika pulang,ia berkata kepada bapak Petani,”Anak pertama bapak memiliki satu cacat kecil, yaitu jempol kaki kirinya lebih kecil dari jempol kanan.”

Hari berikutnya ia pergi dengan anak yang kedua dan ketika pulang dia berkata,”Anak kedua bapak juga punya cacat yang sebenarnya sangat kecil yaitu agak juling.”

Akhirnya pergilah ia dengan anak yang ketiga. Begitu pulang ia dengan gembira mendatangi Petani dan berkata,”inilah yang saya cari-cari. Ia benar-benar sempurna.”

Lalu menikahlah si Lelaki dgn anak ketiga Petani tersebut. Sembilan bulan kemudian si Istri melahirkan. dengan penuh kebahagian, si Lelaki menyaksikan kelahiran anak pertamanya. Ketika si anak lahir, Ia begitu kaget dan kecewa karena anaknya sangatlah jelek. Ia menemui bapak Petani dan bertanya “Kenapa bisa terjadi seperti ini Pak. Anak bapak cantik dan saya Tampan, Kenapa anak saya bisa sejelek itu..?”"
Petani menjawab,” Ia mempunyai satu cacat kecil yang tidak kelihatan . Waktu itu Ia sudah hamil duluan…..”

suamimu, kekasihku (blog si imam)



Diandra sedang berada di sebuah caffee bersama teman sekantornya, Lia. Sudah menjadi kebiasaan keduanya sepulang kantor mereka ngopi di sana.
“Wanita itu ingin bertemu denganmu???”  Tanya Lia.
“Yup, wanita itu mengajaku berbicara empat mata, tapi aku belum menjawab permintaanya. Ia  sudah tau, lelakinya ada main denganku… “.
“Dan kau?? Mau menyudahinya???”
“Entahlah, aku terlanjur mencintainya…..”
Keduanya kemudian terlibat obrolan ringan seputar pekerjaan.
***
“Salahkah bila aku mencintai lelaki yang sudah beristri? Ravi. Dia atasanku. Seorang bos yang baik. Laki-laki idaman. Aku merasa sudah terjerat oleh cintanya, kebaikanya, kesederahanaanya. Beberapa hari ini aku merasa terganggu dengan permintaan istrinya yang ingin menemuiku. Jujur aku tidak tau apa yang akan aku katakan nanti saat bertemu dengannya. Aku juga tidak siap kehilangan orang yang aku cintai. Mungkin saja dia akan memberiku berpuluh juta rupiah supaya aku menjauhi suaminya. Mungkin dia akan mengancam aku dengan ancaman ala wanita galak yang suaminya selingkuh. Aku tidak tau. Wanita itu telah mengetahui aku ada main dengan suaminya. Mungkin saja akulah si wanita jahat. Yang telah merebut suami orang.”
Diandra gelisah di sudut kamarnya. Subuh menjelang namun belum juga matanya mampu ia pejamkan. Suara SMS membuyarkan angan-angannya.
“Diandra. Bisakan kita bertemu hari ini. Saya harap kamu mau. Sekali ini saja. Saya perlu bicara dengan kamu. Kabari saya. Lani.”
Lagi-lagi sms dari istri sang bos, mengharap dirinya mau bertemu, berbicara empat mata. Entah ini sms yang ke berapa kali. Yang pasti sudah cukup mengganggu kenyamanan Diandra.
Dua tahun  sudah ia menjalin hubungan gelapnya dengan Ravi, mengapa baru kali ini gangguan datang? Justru disaat dirinya sudah cinta mati dengan laki-laki tersebut?
“Cinta tak senikmat yang ku bayangkan, kehilangan bukankah hanya masalah waktu saja? Cepat atau lambat aku akan kehilangan laki-laki itu. Sadarlah Diandra, dia suami orang…”
***
Sudut Caffe, Diandra menunggu seseorang. Ia telah bulatkan tekad. Bertemu dengan istri sah si laki - laki yang kini mengisi kekosongan hatinya.
“Apapun yang akan terjadi, terjadilah. Aku telah siap dengan semuanya” Batin Diandra
Seorang wanita 40 tahunan menuju mejanya. Cantik. Mempesona. Elegan. Dengan set dress berwarna hitam, tersenyum ke arahnya.
“Wanita secantik ini?? Apanya yang kurang? Mengapa suaminya lebih menyukaiku?? Aku tak mau pusing. Aku hanya mau tau, apa maunya wanita ini menemuiku. Beberapa hari terakhir smsnya seolah menerorku. Hidupku tak nyaman, tidurpun tak nyenyak”. Batin Diandra.
Keduanya berjabat tangan. Dingin. Diandra coba tersenyum, mengimbangi senyum sang wanita di depannya.
“Apakah kamu benar-benar menyukai suamiku???”
Bingung Diandra dibuatnya. Tapi sudah terlanjur, maka ia anggukan kepalanya.
“Apa yang kau inginkan darinya?? Uang?? Jabatan?” Tanya sang wanita
“TIDAK” Dengan tegas Diandra menjawab.
“Apa yang kau mau? “
“Aku hanya ingin, suamimu untukku…”
Senyum sang wanita hilang. Berganti dengan tatapan marah. Tapi ia coba menahan. Ia bangkit dari duduknya.
“Baiklah. Lain kali kita bicara lagi. Hari ini aku terburu-buru mau ke suatu tempat. Aku harus segera pergi”
Wanita itu pergi dengan meninggalkan amplop di meja, juga meninggalkan Diandra yang terpaku di tempat.
***
Tiga hari telah berlalu semenjak pertemuan dengan wanita itu. Amplop itu sama sekali belum ia buka.Tergeletak di meja kamarnya.
“Paling-paling isinya cek. Bukankah memang begitu istri-istri bos yang kehilangan suaminya. Tidak di sinteron, di drama Korea, ataupun di dunia nyata. Yang dia lakukan adalah menukarnya dengan puluhan bahkan ratusan juta rupiah. Apakah ia pikir aku wanita serendah itu? Aku mencintai suaminya, bukan uangnya”. Diandra gemas membatin.

Beberapa kali ia bolak balik bak setrikaan. Menimbang - nimbang antara mau membuka atau membiarkanya saja. Rasa penasaran rupanya mengalahkan segalanya. Ia ambil amplop tersebut dan dibuka pelan-pelan di samping tempat tidur. Bukan cek. Hanya selembar kertas. Dengan tulisan tangan di sana.
“Diandra. Maaf jika akhir-akhir ini aku seperti menerormu. Mengirimkan sms kepadamu hampir setiap hari. Memohon bertemu denganmu meski hanya satu kali. Aku tau kamu sangat terganggu. Aku tau, saat bertemupun aku tak sanggup mengatakan apapun,  untuk itu aku hanya menyiapkan secarik kertas ini.

Aku tidak tau kamu wanita seperti apa. Sebab aku tulis ini sebelum aku bertemu denganmu.
Kamu bisa membayangkan Diandra? Bagaimana saat kamu tau suamimu ada main di belakang dengan wanita lain??? Sakit. Sangat sakit. Tapi aku mencoba tabah. Selama ini aku coba menerima semuanya. Toh dia juga masih saja baik di depanku.  Aku hanya berharap, kamu wanita baik. Kamu bisa bayangkan saat  orang yang kamu cintai membagi hati? Maaf, aku bukan ingin menuntutmu. Sama sekali tidak Diandra.
Aku tidak menyalahkan siapa - siapa. Mungkin ini sudah menjadi garis hidup. Cinta toh tak bisa dipaksakan. Dan Cinta toh selalu berubah kadarnya. Bisa lebih kuat, bisa juga hilang tanpa bekas.
Satu hal yang ingin beritau padamu, tiga hari lagi aku akan melakukan operasi kanker payudara. Doakan aku semoga berhasil. Tak ada yang aku beri tau perihal penyakitku, termasuk suamiku. Tolong jaga rahasia ini, jangan beri tau siapapun. Aku memang sengaja menjauh darinya, menyembunyikan semuanya, itulah sebabnya di belakang ia mulai mencari kepuasan. Aku memahami itu, meski hatiku sakit.
Apapun yang terjadi. Jangan pernah sakiti dia. Aku seorang istri yang tak mampu memberinya keturunan. Aku bukan istri yang baik. Aku bukan istri yang sempurna. Hari ini aku mau chek up. Doa’kan aku.  Semoga kita bertemu lagi.

Lani.

Air mata Diandra mengalir dengan sendirinya tanpa mampu ia tahan. Tak berapa lama HP nya berdering. Lia memanggil dari seberang sana.
“Di… Istri pak Ravi meninggal baru saja… Kamu udah tau????”
HP di tangan Diandra terlepas dengan sendirinya. Tak ada kekuatan yang mampu menopang. Wanita itu?? Wanita yang tiga hari lalu bertemu denganya?? Meninggal??God… Aku berharap ini mimpi. Dan tolong  segera bangunkan aku. Aku akan kembalikan suaminya untuknya.

arti ibu


Saat kau berumur 15 tahun, dia pulang kerja ingin memelukmu.
Sebagai balasannya, kau kunci pintu kamarmu. Saat kau berumur 16 tahun, dia ajari kau mengemudi mobilnya.
Sebagai balasannya, kau pakai mobilnya setiap ada kesempatan tanpa peduli kepentingannya.
Saat kau berumur 17 tahun, dia sedang menunggu telepon yang penting.
Sebagai balasannya, kau pakai telepon nonstop semalaman.
Saat kau berumur 18 tahun, dia menangis terharu ketika kau lulus SMA.
Sebagai balasannya, kau berpesta dengan temanmu hingga pagi.
Saat kau berumur 19 tahun, dia membayar biaya kuliahmu dan mengantarmu ke kampus pada hari pertama.
Sebagai balasannya, kau minta diturunkan jauh dari pintu gerbang agar kau tidak malu di depan teman-temanmu.
Saat kau berumur 20 tahun, dia bertanya, “Dari mana saja seharian ini?”
Sebagai balasannya, kau jawab, “Ah Ibu cerewet amat sih, ingin tahu urusan orang!”
Saat kau berumur 21 tahun, dia menyarankan satu pekerjaan yang bagus untuk karirmu di masa depan. Sebagai balasannya, kau katakan, “Aku tidak ingin seperti Ibu.”
Saat kau berumur 22 tahun, dia memelukmu dengan haru saat kau lulus perguruan tinggi.
Sebagai balasannya, kau tanya dia kapan kau bisa ke Bali.
Saat kau berumur 23 tahun, dia membelikanmu 1 set furniture untuk rumah barumu.
Sebagai balasannya, kau ceritakan pada temanmu betapa jeleknya furniture itu.
Saat kau berumur 24 tahun, dia bertemu dengan tunanganmu dan bertanya tentang rencananya di masa depan.
Sebagai balasannya, kau mengeluh, “Bagaimana Ibu ini, kok bertanya seperti itu?”
Saat kau berumur 25 tahun, dia mambantumu membiayai pernikahanmu.
Sebagai balasannya, kau pindah ke kota lain yang jaraknya lebih dari 500 km.
Saat kau berumur 30 tahun, dia memberikan beberapa nasehat bagaimana merawat bayimu. Sebagai balasannya, kau katakan padanya,”Bu, sekarang jamannya sudah berbeda!”
Saat kau berumur 40 tahun, dia menelepon untuk memberitahukan pesta ulang tahun salah seorang kerabat. Sebagai balasannya, kau jawab, “Bu, saya sibuk sekali, nggak ada waktu.”
Saat kau berumur 50 tahun, dia sakit-sakitan sehingga memerlukan perawatanmu.
Sebagai balasannya, kau baca tentang pengaruh negatif orang tua yang menumpang tinggal di rumah anak-anaknya.
Dan hingga suatu hari, dia meninggal dengan tenang. Dan tiba-tiba kau teringat semua yang belum pernah kau lakukan, karena mereka datang menghantam HATI mu bagaikan palu godam.

Sumber: blog si imam

jadi seperti pensil


Seorang anak bertanya kepada neneknya yang sedang menulis sebuah surat.
“Nenek lagi menulis tentang pengalaman kita ya? atau tentang aku?”
Mendengar pertanyaan si cucu, sang nenek berhenti menulis dan berkata kepada cucunya,
“Sebenarnya nenek sedang menulis tentang kamu, tapi ada yang lebih penting dari isi tulisan ini yaitu pensil yang nenek pakai. Nenek harap kamu bakal seperti pensil ini ketika kamu besar nanti”, ujar si nenek lagi.Mendengar jawaban ini, si cucu kemudian melihat pensilnya dan bertanya kembali kepada si nenek ketika dia melihat tidak ada yang istimewa dari pensil yang nenek pakai.
“Tapi nek, sepertinya pensil itu sama saja dengan pensil yang lainnya”, Ujar si cucu.
Si nenek kemudian menjawab,
“Itu semua tergantung bagaimana kamu melihat pensil ini. Pensil ini mempunyai 5 kualitas yang bisa membuatmu selalu tenang dalam menjalani hidup, kalau kamu selalu memegang prinsip-prinsip itu di dalam hidup ini”,
Si nenek kemudian menjelaskan 5 kualitas dari sebuah pensil.
pertama:
pensil mengingatkan kamu kalau kamu bisa berbuat hal yang hebat dalam hidup ini. Layaknya sebuah pensil ketika menulis, kamu jangan pernah lupa kalau ada tangan yang selalu membimbing langkah kamu dalam hidup ini. Kita menyebutnya Allah, Dia akan selalu membimbing kita menurut kehendakNya”.
kedua:
dalam proses menulis, nenek kadang beberapa kali harus berhenti dan menggunakan rautan untuk menajamkan kembali pensil nenek. Rautan ini pasti akan membuat si pensil menderita. Tapi setelah proses meraut selesai, si pensil akan mendapatkan ketajamannya kembali. Begitu juga dengan kamu, dalam hidup ini kamu harus berani menerima penderitaan dan kesusahan, karena merekalah yang akan membuatmu menjadi orang yang lebih baik”.
ketiga:
pensil selalu memberikan kita kesempatan untuk mempergunakan penghapus, untuk memperbaiki kata-kata yang salah. Oleh karena itu memperbaiki kesalahan kita dalam hidup ini, bukanlah hal yang jelek. Itu bisa membantu kita untuk tetap berada pada jalan yang benar”.
keempat:
bagian yang paling penting dari sebuah pensil bukanlah bagian luarnya, melainkan arang yang ada di dalam sebuah pensil. Oleh sebab itu, selalulah hati-hati dan menyadari hal-hal di dalam dirimu”.
kelima:
sebuah pensil selalu meninggalkan tanda/goresan…
Seperti juga kamu, kamu harus sadar kalau apapun yang kamu perbuat dalam hidup ini akan tinggalkan kesan. Oleh karena itu selalulah hati-hati dan sadar terhadap semua tindakan”

Sumber:
http://ustadchandra.wordpress.com